Bappeda Kota
Bogor; sebagai lembaga perencana pembangunan daerah, bertugas untuk mendukung
tercapainya mekanisme koordinasi yang baik antara ketiga aktor dalam
pengembangan ekonomi kreatif. Salah satu upaya dukungan Bappeda Kota Bogor
adalah bekerja sama dengan konsultan swasta dalam bentuk upaya pengembangan
ekonomi kreatif di Kota Bogor melalui kegiatan Kajian Pengembangan Tematik
Potensi Ekonomi Kreatif Kota Bogor Tahun Anggaran 2012. Kajian ini
menekankan pada strategi perencanaan dan aksi pengembangan 15 subsektor
industri kreatif yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan
mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual.
Letak geografis
Kota Bogor memiliki peluang cukup besar bagi pengembangan ekonomi kreatif
dibanding kota/kabupaten lain di Provinsi Jawa Barat. Letak wilayah Kota Bogor
berdekatan dengan Jakarta sebagai Pusat Pemerintahan dan pintu keluar masuk
ekspor impor. Kedekatan jarak tersebut berdampak terhadap perilaku pasar dan
konsumen yang memilih barang tidak saja berdasarkan fungsi, melainkan juga pada
kenyamanan, identitas dan gaya hidup. Tingginya jumlah penduduk Kota Bogor
menjadi peluang pasar dan jumlah konsumen bagi komoditi 15 subsektor industri
kreatif. Cukup banyak pelaku dan usaha 15 subsektor industri kreatif tersebar
di 6 Kecamatan se-Kota Bogor, terutama produksi bersifat non massal yang
memanjakan selera konsumen lebih secara personal.
Kajian ini
menganalisa subsektoral unggulan ekonomi kreatif di Kota Bogor melalui tiga
pendekatan, yaitu berdasarkan jumlah perusahaan, berdasarkan jumlah
tenaga kerja yang terlibat dan berdasarkan jumlah produk yang dipasarkan.
Melalui data survei diketahui 5 subsektoral ekonomi kreatif yang memiliki
potensi untuk berkembang yaitu desain, fesyen, , kerajinan, kuliner dan musik.
Berdasarkan jumlah perusahaan, data hasil survei terhadap 30 sampel
perusahaan, subsektoral fesyen dan kerajinan merupakan subsektoral yang
memiliki jumlah paling banyak yaitu masing masing 10 perusahaan atau 33,33%
dari total. Selanjutnya disusul subsektoral kuliner dengan jumlah 7 perusahaan
atau 23,33%, kemudian musik 2 perusahaan atau 6,67% dan paling sedikit desain
dengan jumlah satu perusahaan atau 3,33%.
Namun
jika dilihat dari jumlah tenaga kerja tidak tetap, jumlah terbanyak
adalah subsektoral fesyen dengan jumlah 126 orang atau 68,48%, disusul kerajinan
22 orang atau 11,96%, music 20 orang atau 10,87%, kuliner 14 orang atau 7,615
dan desain 2 orang atau 1,09%. Berdasarkan dari tujuan pemasaran,
subsektor yang menjadi unggulan adalah kerajinan, disusul fesyen dan kuliner.
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi kreatif
yang ada di kota Bogor yang paling unggul adalah ekonomi kreatif subsektor
fesyen. Kemudian yang masuk kedalam subsektoral calon
unggulan adalah kerajinan dan kuliner (Buku Kajian Pengembangan Tematik Potensi Ekonomi
Kreatif Kota Bogor 2012).
tanggapan:
Menurut saya, dengan adanya pembangunan di dalam bidang ekonomi
industri kreatif ini tentu merupakan cara yang tepat untuk memberikan peluang
bagi wirausahawan. Dalam pembangunan ini tentunya diperlukan sarana dan
prasarana pendidikan non formal berbasis industri kreatif dan penguatan
kualitas penguasaan teknologi dan komputer di bidang industri kreatif. Pembangunan
ini akan mendorong penciptaan produk kreatif berbudaya lokal baik dari dalam
maupun luar daerah. Hal ini merupakan cara pembangunan dan pengembangan yang baik dan sangat berguna.